BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Rabu, 24 November 2010

Akankah Amalku Diterima?

Redaksi Al Wala’ Wal Bara’

Siapapun ingin semua amalnya diterima oleh Allah Ta’ala. Akan tetapi tidak semua orang mesti diterima amalnya, karena kenyataannya di antara mereka ada yang tidak memperhatikan amalannya, mereka beramal semaunya sendiri. Ketika ditanya: "Mengapa kamu melakukan ini?" dia menjawab: "Nggak apa-apa, yang penting niatnya." Ada juga di antara mereka yang beramal untuk mencari pujian manusia. Sebenarnya, bagaimanakah suatu amalan agar diterima di sisi Allah Ta’ala?
Tidak Akan Diterima Amalan Apapun Kecuali dengan Dua Syarat

Ketahuilah saudaraku muslim, semoga Allah memberikan hidayah kepadaku dan kepadamu agar berpegang teguh dengan Al-Kitab dan As-Sunnah, bahwasanya Allah tidak akan menerima amalan apapun dari seorang muslim manapun kecuali dengan dua syarat yang mendasar, yaitu:

Syarat Pertama: Al-Ikhlaash
Yaitu amalan tersebut harus ikhlash/murni untuk Allah semata, sehingga orang yang beramal tidaklah menginginkan dengan amalannya tersebut kecuali Wajah Allah. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya):"Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al-Qur`an) dengan (membawa) kebenaran. Maka beribadalah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)." (Az-Zumar:2-3)

Allah juga berfirman (yang artinya):"Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama." (Az-Zumar:11)

Demikian juga firman-Nya (yang artinya):"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus." (Al-Bayyinah:5)

Ayat-ayat tersebut dan ayat lainnya yang semakna merupakan dalil akan wajibnya ikhlash di dalam setiap amalan.

Adapun di antara dalil dari As-Sunnah adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang artinya):"Allah Ta’ala berfirman: "Aku adalah sekutu yang paling baik sehingga tidak butuh untuk disekutukan: barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang padanya Aku disekutukan dengan yang lainnya, maka aku tinggalkan dia dan amalannya tersebut." (HR. Muslim no.2985 dari Abu Hurairah)

Inilah makna dari: أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ

Syarat Kedua: Al-Muwaafaqah
Yaitu amalan tersebut harus mencocoki /sesuai dengan petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalilnya adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang artinya): "Barangsiapa mengada-adakan dalam perkara (agama) kami ini apa-apa yang bukan darinya maka amalan tersebut tertolak." (HR. Al-Bukhariy no.2550 dan Muslim no.1718 dari ‘A`isyah)

Dan dalam riwayat lain milik Al-Imam Muslim: "Barangsiapa beramal dengan suatu amalan yang tidak ada perintah kami padanya maka amalan tersebut tertolak (yaitu tidak diterima oleh Allah)."

Dan inilah makna dari: أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

Orang Kafir, Diterimakah Amalannya?

Syarat-syarat yang disebutkan tadi berkaitan dengan orang Islam, adapun orang kafir maka tidak akan diterima amalannya kecuali dengan tiga syarat: yaitu dua syarat yang disebutkan tadi (ikhlash dan sesuai dengan petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) dan syarat yang ketiga yaitu Islam. Inilah yang disebut dengan syuruuthu shihhah (syarat-syaratnya sahnya amalan).

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya):"Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan." (Al-Furqaan:23)

Tiga syarat ini telah disebutkan di dalam firman Allah Ta’ala:

فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلاَ يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

"Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan dengan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya." (Al-Kahfi:110)
• Firman-Nya: لِقَاءَ رَبِّهِ "perjumpaan dengan Rabbnya" ini adalah Islam, karena hanya orang Islam sajalah yang akan berjumpa dengan Rabbnya, yaitu di jannah.
• Firman-Nya: صَالِحًا "yang shalih" ini berarti sesuai dengan Al-Kitab dan As-Sunnah, karena suatu amalan tidak dinamakan shalih kecuali dengan syarat tersebut (yaitu sesuai dengan Al-Kitab dan As-Sunnah).
• Firman-Nya: وَلاَ يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا "dan janganlah ia mempersekutukan dengan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya" ini adalah ikhlash.
Kesimpulan: Amalan apapun dari seorang muslim tidak akan diterima kecuali dengan dua syarat: ikhlash dan sesuai dengan petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Barangsiapa beramal dengan ikhlash tetapi tidak berdasarkan petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (yaitu Al-Qur`an dan Hadits yang shahih), dalam artian beramal berdasarkan hawa nafsu atau bid’ah maka amalannya tertolak dan pelakunya berdosa. Sehingga perkatakan: "yang penting niatnya" maka ini adalah salah besar. Sebaliknya orang yang beramal sesuai dengan petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetapi tidak ikhlash karena Allah seperti ingin mendapat pujian manusia dan yang lainnya maka amalannya juga tertolak dan pelakunya berdosa bahkan terjatuh pada perbuatan syirik ashghar. Kita meminta kepada Allah keselamatan.

Syarat Sempurnanya Amalan

Amal yang dilakukan dengan ikhlash dan sesuai dengan petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam akan diterima oleh Allah. Akan tetapi amalan tersebut akan semakin sempurna dan tinggi nilainya apabila dilengkapi dengan dua syarat lainnya, yang dinamakan syarthaa kamaalin (dua syarat sempurnanya amalan), yaitu:

1. Memegang dengan kuat /teguh
Yakni beramal dengan sungguh-sungguh, tidak setengah-setengah dan tidak malas-malasan.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepada kalian."(Al-Baqarah:63, 93 dan Al-A’raaf:171)

Allah juga berfirman (yang artinya):"Maka (Kami berfirman): "Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) dengan sebaik-baiknya." (Al-A’raaf:145)

Dan ini berbeda dengan keadaannya orang-orang munafik karena sesungguhnya mereka tidaklah mengambil agama ini dengan sungguh-sungguh akan tetapi mereka mengambilnya (yakni melaksanakan agama ini) dengan lalai dan malas-malasan. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): "Sesungguhnya orang-orang munafik itu hendak menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya` (dengan shalatnya) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir). Barangsiapa yang disesatkan Allah, maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya." (An-Nisaa`:142-143)

Allah juga berfirman (yang artinya): "Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak mengerjakan shalat, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan." (At-Taubah:54)

2. Bersegera dalam Beramal
Yakni ketika mendapatkan kesempatan beramal maka dia bersegera melakukannya, tidak menunda-nundanya di waktu yang lain. Betapa banyak orang yang tadinya berniat beramal tetapi karena ditunda-tunda dengan mengatakan: "nanti, nanti, masih ada waktu sore/malam" lalu dia tidak jadi beramal.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya):"Dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku." (Thaahaa:42)

Allah juga berfirman (yang artinya): "Maka berlomba-lombalah kalian (dalam berbuat) kebaikan." (Al-Baqarah:148 dan Al-Maa`idah:48)

Dan firman-Nya (yang artinya): "Dan mereka bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang shalih." (Aali ‘Imraan:114)

Juga firman-Nya (yang artinya): "Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya." (Al-Mu`minuun:61)

Dan juga firman-Nya (yang artinya): "Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Tuhan kalian dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa." (Aali ‘Imraan:133)

[Lihat Bahjatun Naazhiriin, karya Asy-Syaikh Salim Al-Hilaliy 1/29]

Semoga kita termasuk orang-orang yang diterima amalnya oleh Allah Ta’ala, aamiin. Wallaahu A’lam.